Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sebuah Cerita Ngawur Saya Bagian 1

Seorang putri Armenia menerjang melewati pegunungan es yang tebal, dengan kuda sebagai kendaraannya, menjadikannya cepat dan mudah untuk mengatasi jalan yang curam. Tali yang ada di leher kuda, ia pacu.


"Hya-hya" Teriak sang putri


kuda putih itu merengek dan terpacu untuk berlari lebih cepat.


Salju terus turun, menghalangi pandangan sang putri, namun keyakinan akan kebebasan meliputi jiwa raganya, ia ingin pergi ke dunia luar, ia sang putri tidak ingin hanya duduk diam dan bertemu keluarga royal lainnya. Yang dia ingin kan adalah keghidupan bebas dan melihat berbagai retorika alami yang telah ia impikan sejak dahulu. Ia ingin melihat orang-orang sekitar, memahat kayu, bercengkerama di bar dan anak-anak bermain tanpa peraturan. Maka dari itu, hari ini ia memutuskan untuk keluar dari kerajaan ayahnya, Rivendell. Kerajaan dari utara.


Namun sialnya, ia ketahuan dan prajurit rivendell itu terus mengejarnya. Kira-kira sepuluh pasukan dibelakangnya, mengendarai kuda sama halnya yang putri lakukan.


"Prajurit! Berpencar!" sang ketua prajurit itu berteriak. Kemudian langsung ditanggapi oleh pasukannya dan mulai berpacu ke arah berlawanan.


"Siap pak!" Balas kesembilan prajurit spontan. Pemimpin itu hanya berdehem.


"Kau ingin ke mana? Percuma kamu lari putri, kami lebih tahu jalur ini" batin sang pemimpin


Sang putri masih memacu kudannya dengan kecepatan maksimum, sampai dimana ia masuk ke dalam hutan, hutan lebat yang diisi pepohonan tundra. Pohonnya tinggi, hijau dan diatasnya lancip. Sekiranya seperti pohon natal yang pernah ia lihat di buku dongeng. Ia bahkan tidak tahu kenyataan bahwa pohon tundra itu nyata, mengetahui kenyataan tersebut putri Rivendell menjadi senang, mengingat sejak kecil ia berharap untuk melihat pohon tundra, dan terus bertanya-tanya apakah pohon tundra itu nyata. Namun berapa kali sang putri bilang ke Ayahnya, tetap saja jawabannya tidak! dan menghancurkan angan-angan yang putri harapkan sejak dulu.


Sekarang angan-angan itu nyata, ia seperti menemukan kebebasannya. Matanya berbinar melihat pemandangan ini, seperti yang di harapkan sang putri. Tentang dongeng pohon tundra yang kerap ia baca di masa lalu. Salju jatuh dari atas, menempel di pepohonan, jatuh ke tanah. Itulah realisasi si putri, ia ingin melihat hal sesederhana ini.


Sampai dimana ketika pasukan kerajaan menghentikan lajunya, tepat di depannya mereka menunggu sang putri dengan senapan yang sudah siap membidik kapan saja.


"Duar" amunisi pertama diluncurkan mengenai kaki kuda sang putri. Alhasil membuat sang putri bergelimpang di salju.


"Brak brak brak" sang pemimpin dan sisa pasukannya pun datang. Pemimpin pasukan itu pun turun dan menyuruh salah satu pasukannya untuk menjaga kudanya.


"Apa kamu sudah puas? jangan membuat kami repot seperti itu" Pemimpin itu berjongkok. Menyamakan posisinya dengan sang putri.


"Kenapa kamu mengejarku, Thomas!"


Posting Komentar untuk "Sebuah Cerita Ngawur Saya Bagian 1"