Merayakan Lebaran Idul Fitri 2023
Lebaran Idul Fitri 2023
Tanggal 22 April 2023
Lebaran di dusun Karang Tengah, Desa Sukorame sedang berlangsung, lebaran kali ini aku menginjak usia 19 tahun, agak kerasa bedanya dengan diriku belakangan, baju baru bukanlah hal yang wajib dibeli, angpao bertuliskan kalimat idul fitri pun tak kunjung kudapatkan, memang benar, dewasa adalah hal yang cukup mengecewakan, tidak seperti diriku yang masih berumur belia, sangat mudah mendapatkan perhatian, angpao belasan ribuan, pula bau baju baru yang membuat candu.
Ahh, aku hanya ingin menulis hari ini. Tidak banyak yang kuceritakan. Oke, ehemm. Mari kita mulai tulisan ini
Jam 6.40 kulihat jam dinding masjid masih berdenting, serta pak Arham selaku pembicara sedang berdoa bersama, kulihat juga antusias dari orang-orang mulai bermunculan. Yah, kau tahu? Setelah melaksanakan sholat id bersama di rumah sederhana bertopikan kubah, atau bisa disebut masjid, kini adalah acara yang ditunggu-tunggu. Pembagian opor ayam.
“Cah enom, cah enom, endi iki” Salah satu warga karang tengah berceletuk, tidak sabar menantikan nikmatnya opor ayam.
Kami pun, selaku cah enom berinisiatif untuk pergi kerumah pak Kamijo untuk membawa seember nasi dan opor ayam. Kami membuat barisan, memberikan ember tangan ke tangan. Sesekali menghirup bau opor ayam. Yah begitulah.
Setelah semua sudah dibagikan dengan rata, warga melakukan pembagian, setiap ember terdapat 3-4 orang, dan disalah satu kelompok tersebut, bertugas sebagai mafia daging. Jangan salah, bukan mafia berandalan dengan motor brot sexy dan tamvan. Namun, mafia daging yang dipercayai oleh kelompok tersebut untuk membelah bagian daging, dan nanti akan dibagian secara merata ke setiap orang di kelompoknya.
Pak Harjo nama samaran, dengan lihainya memotong setengah bagian ayam. Tidak bermaksud untuk menghina si pemilik ayam, namun memang begitu budaya kami di karang tengah, kenapa kita melakukan ini? Pertanyaan yang bagus, karena kita juga ingin memberikan apresiasi untuk si pemilik ember, dan nanti si pemilik ember bisa memakan bagiannya sendiri di rumah.
Apakah si pemilik ember dirugikan? Tidak, karena dia juga membawa makanan dari ember warga lainnya, jadi bisa dikatakan impas. Yah, agak susah jelasinnya, tetapi metode ini sangat efektif sekali, hormat bagi orang yang menemukan metode super duper penting ini.
Setelah dibagikan rata, kami memakan opor ayam bersama, tidak ada sendok, tidak ada garpu, pisau, bahkan air. Ah lupakan tentang rekomendasi dokter terkait ke-higienis-an makanan. Kita hanya menggunakan tangan kosong, tidak peduli dengan apa yang sebelumnya kita sentuh, upil, debu.
Sebenarnya banyak air di masjid kita, namun lihat. Kita hanya malas.
Tidak ada balon tahun ini
Tahun sebelumnya masjid kita selalu membuat balon berukuran jumbo untuk diterbangkan, karena memang dari dulu, balon sangat identik dengan lebaran atau hari raya idul fitri.
Bisa kalian bayangkan, ketika banyak balon memenuhi langit dengan beragam corak, anak kecil berlarian mengejar balon, timbul rasa nostalgia yang pekat. Teringat dulu. Sebelum beranjak dewasa, membawa genter setinggi pohon mahoni, hanya untuk mendapatkan balon berukkuran 5x2 meter. Tak jarang juga perkelahian merebutkan gumpalan plastik kosong tersebut, berakhir naas. Bisa disebut “Diuwek uwek”
Aku pikir diuwek2 adalah cara yang sangat adil, karena demi kepetingan bersama.
Rute Awal
Rute di depan masjid, kami bertemu dengan para jemaah wanita masjid, kami bersalaman, dan tak jarang bertemu dengan teman lama, wajah-wajah lama yang sudah lama tidak bertemu.
Rute kedua
Tiga “Clash” saat Lebaran
Karang Tengah Clash
Pojok clash
Pojok clash adalah hal yang sangat-sangat jarang terjadi, karena dulu sampai sekarang. Aku hanya ingat dua-tiga pertemuan saja berpapasan dengan warga pojok ketika lebaran. Jika kita berpapasan maka saya akan menyebutnya “Rare Moment”
Ngemplak clash
Ngemplak clash, hmm. Saya akan memasukkan ke medium moment. Karena kita cukup sering berpapasan, rasio 8:10.
Rute ketiga
Rute ketiga berada di lapangan voli warga karang tengah, tepatnya di bagian utara masjid Al-Hidayah. KIta bisa lihat di gambar, banyak sekali warga yang sedang bersalaman. Btw ini momen(Karang tengah clash)
Smoke petasan meledak membuat bapak-bapak yang berada di belakangku kaget bukan kepalang. Begitupun anak-anak kecil, mereka cukup ngawur melempar smoke di bawah sarung salah satu warga. Memang anak jaman sekarang.
Rute keempat
Rute kelima
Persinggahan pertama
Rute keenam
Rute ketujuh
Aku tidak begitu mengenal siapa pemilik warung itu, bahkan lupa namanya. Namun aku ingat setiap kali bapakku pulang kerja dari luar kota, dia selalu mengajakku kesini.
Kenapa?
Yah, karena aku tidak diizinkan untuk menikmati sprite atau fanta oleh ibu saya, jadi bapak saya sering mengajakku kesini. Samar2 aku mengenal orang pemilik warung itu, dia udah tua berkisar 60 tahunan(sekarang sudah meninggal), dia selalu memberikanku bonus dan senyuman lebar darinya.
Meskipun pada akhirnya membuat perutku sakit dan bapakku dimarahin habis-habisan oleh ibuku. Namun anehnya, kita selalu kesana, kembali. Menikmati fanta sprite, ditemani radio butut berbunyi statik.
Itulah mengapa ketika warung itu dihancurkan, serasa kenangan itu membuatku nostalgia.
Seorang anak sd yang ingin merasakan minuman fanta, selalu menjadi pengalaman berkesan. Setiap berpapasan di warung itu, bahkan sudah hancur sekalipun. Senyuman dari kakek itu, siluet sore itu. Selalu kembali. Sedih, tapi begitulah kehidupan.
Rute kedelapan
Kita melewati ceren dari rumah warga, kotoran kambing dan tanah liat basah yang membuat sandal salah satu warga terjeram. Rute yang cukup berbahaya. Meskipun begitu rute ini adalah yang paling efektif, karena tidak repot-repot memutari rumah tiap warga. Hanya melewati ini, dan beres.
Let's have beer
Sosis yang keras kepala
Persinggahan kedua.
Rumah pak Arham tergolong cukup baru, jadi persinggahan ini agak baru. Tempat yang nyaman, lantunan Alquran selalu bergema disini. Aura kental agama ditiap dekor rumah, membuat suasana lebih islami.
Rute kesembilan
Kembali kerute pertama namun sekarang kita bergerak ke barat.
Rute kesepuluh
“Leave it to me kek” Ucapku singkat memandang kuburan kakekku jauh disana.
Persinggahan ketiga dan keempat
Rute kesebelas.
Kita kembali menyusuri kuburan, mengambil jalan lurus. Bersalaman dengan orang sana, yang mayoritas menghuni masjid ngemplak.
Rute keduabelas.
Rute Rahasia
Jika kamu melihat gambar rute rahasia, kalian akan melihat gumpalan awan, tegalan rindang, dan peternakan terlantar dari warga desa. Bagiku tempat ini spesial. Banyak hal terjadi disini, misteri batu ajaib, ular besar hijau, kaki hantu di malam hari. Konon rute ini ketika malam sangat horor, karena kalian akan terjegal dengan benda misterius, hingga saat ini misteri itu belum terpecahkan.
Akhirnya selesai juga tulisan ini, bodo amat kalau gaada yang baca.
22-04-2023, 6.42 PM
Bagas Ihwaluddin.
Posting Komentar untuk "Merayakan Lebaran Idul Fitri 2023"